Tuesday 2 April 2019

BAHAN LITERASI MEMBACA TEMA 8 KELAS 5 SD

Salam Pendidikan,

Selamat berjumpa kembali dengan saya admin blog ini. Pada kesempatan ini saya akan membagikan bahan bacaan untuk literasi membaca bagi adik-adik yang duduk di Sekolah Dasar kelas 5 yang sekolahnnya menerapkan kurikulum 2013. Bahan literasi ini ada pada buku siswa kelas 5 tema 8 revisi 2017.

Bahan bacaan ini dapat menambah wawasan adik-adik berkaitan dengan penguasaan materi pembelajaran pada tema 8 tentang lingkungan sahabat kita. Ada 4 bacaan antara lain bacaan 1. Mari menanam pohon; 2. Hemat air; 3. Ibuku soerang perawat; 4. Mengikuti perhelatan  perkawaninan adat Betawi. Baiklah adik-adik selamat menikmati lierasi membaca di bawah ini.

Bacaan 1 

Mari Menanam Seribu Pohon


SD Nusa Bangsa punya gedung baru. Berhubung baru, lingkungan SD Nusa Bangsa masih gersang. Belum banyak tanaman yang tumbuh di lingkungan SD Nusa Bangsa.

Pagi ini dalam upacara bendera, Pak Hary, Kepala SD Nusa Bangsa mengajak warga SD menghijaukan lingkungan sekolah.


”Warga SD Nusa Bangsa, kita patut bersyukur karena akhirnya kita mempunyai gedung sekolah dan lingkungan sekolah baru. Gedung sekolah ini sangat layak kita gunakan. Lingkungan sekolah ini sangat mendukung proses pembelajaran. Namun sayang, lingkungan sekolah kita masih gersang. Belum ada tanaman peneduh dan tanaman hias yang dapat menjadikan sekolah ini asri. Siapa yang bertanggung jawab menghijaukannya?


tema 8 kelas 5 sd
Gambar Bibit Tanaman
Anak-anakku, ayo kita hijaukan lingkungan sekolah. Kita akan melakukannya minggu depan. Kita namakan kegiatan kita ”Mari Menanam Seribu Pohon”. Kita tidak hanya akan menanam tanaman di lingkungan sekolah. Kita juga akan menanam tanaman peneduh di jalan menuju sekolah kita. Bahkan, kita juga akan menghijaukan lahan kosong di bukit utara sekolah kita.

Sekolah sudah menyiapkan bibit tanaman peneduh. Ada bibit angsana, bungur, dan kiara payung untuk ditanam di lingkungan sekolah. Agar lingkungan sekolah semakin asri, silakan setiap kelas  menanam tanaman hias di sekitar kelas.  Untuk pohon peneduh sepanjang jalan telah disediakan bibit akasia dan mahoni. Selanjutnya, Bapak minta setiap siswa membawa satu bibit tanaman. Kita akan menanamnya di tanah kosong di bukit utara sekolah kita.”

Demikian Pak Hary mengajak  warga sekolah mengadakan kegiatan penghijauan. Gayung bersambut. Ajakan Pak Hary pun ditanggapi positif oleh warga sekolah. Setelah upacara bendera, warga kelas V dipimpin Pak Darmawan, guru kelas V, mengadakan diskusi.



”Anak-anak, kalian sudah mendengar rencana sekolah kita mengadakan penghijauan. Nah, tugas kita selain ikut menanam tanaman dan membawa satu bibit tanaman, kita juga harus menghias lingkungan kelas kita. Bapak sarankan kalian menanam tanaman hias. Pak armawan pun menjelaskan macam-macam tanaman hias yang dapat mereka tanam.

”Pak Darmawan, boleh saya bertanya?” Uta memberanikan diri bertanya kepada Pak Darmawan.

”Silakan, Uta. Kamu mau bertanya apa?”

”Pak, mengapa kita juga akan menanami lahan kosong di bukit itu?”

”Kalian tentu masih ingat. Musim hujan lalu desa kita banjir. Kita semua harus mengungsi.Bahkan, karena banjir, sekolah kita jadi rusak. Lokasi sekolah kita itu memang rawan banjir. Makanya, kita pindah di tempat ini yang tidak rawan banjir. Tempat kita ini lebih tinggi daripada tempat kita sebelumnya dan jauh dari sungai.”

”Mengapa banjir terjadi, Pak?” sambung Etti.

”Karena sudah tidak ada lagi pohon-pohon besar yang menahan air hujan.  Pohon-pohon di bukit itu sudah ditebangi. Bukit itu sudah gundul. Maka, air hujan pun tanpa dapat dicegah berubah menjadi banjir.”

”Jadi, itu Pak alasannya mengapa kita juga menanami lahan kosong itu ya,” kata Dina.

”Benar, Dina,” jawab Pak Darmawan.

”Tanaman apa saja yang bisa ditanam di lahan kosong itu, Pak?” tanya  Ninik.

”Sebetulnya ada banyak tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman  penghijauan. Akasia, matoa, angsana, bambu, bungur, cemara bundel, johar, kiara payung, kihujan, mahoni, palem putri, palem raja, dan pohon tanjung itu  nama-nama tanaman untuk penghijauan.”

”Apakah semua tanaman itu akan ditanam di lahan kosong itu, Pak?” tanya Anang.

”Kita hanya akan menanam beberapa jenis tanaman saja. Tanaman lain yang ditanam adalah tanaman yang kalian bawa.”

”Apakah saya boleh membawa bibit tanaman buah, Pak?”

”Tentu saja boleh. Kalian boleh membawa tanaman buah atau tanaman  lainnya. Yang penting tanaman itu dapat menghijaukan lahan kosong itu.”

Hari yang ditentukan pun tiba. Anak-anak datang di sekolah dengan membawa bibit tanaman. Ada yang membawa bibit tanaman buah, bunga, atau tanaman hias. Bahkan, ada juga anak-anak yang membawa tanaman dalam pot yang digantung. 

Kegiatan pun segera dimulai. Hari pertama ini mereka akan menanam tanaman peneduh dan tanaman penghijauan di sekolah. Mereka juga menanam tanaman hias di sekitar kelasnya. Semua tampak riang dan gembira. Sesekali sambil bekerja mereka pun bercanda dengan riang. Lepas tengah hari pekerjaan mereka selesai. Mereka pun bersantap siang bersama. Setelah itu, mereka pulang ke rumah masing-masing.

Kegiatan anak-anak dilanjutkan pada hari kedua. Kali ini hanya siswa kelas IV, V, dan VI yang mengikuti kegiatan. Dengan berjalan kaki mereka menuju lahan kosong itu. Dengan riang hati para siswa berjalan beriringan menuju lahan kosong itu.

Sesampai di lahan kosong dengan dipimpin Pak Hary, anak-anak pun melakukan penghijauan. Mereka menanam tanaman yang disediakan sekolah. Mereka juga menanam tanaman yang mereka bawa. Tanaman itu ditata dengan rapi.


Gambar Menanam Tanaman

Menjelang tengah hari kegiatan mereka berakhir. Mereka kembali ke sekolah. Tanaman yang mereka tanam memang tidak dapat segera mereka nikmati. Namun, apa yang mereka tanam hari ini akan membawa manfaat besar bagi kelestarian lingkungan. Lingkungan menjadi hijau. Tanah kosong akan berubah menjadi lahan hijau. Kelak, tanaman-tanaman itu akan menjadi penahan air hujan agar tidak menjadi banjir. Itu semua berkat kegiatan yang  dicanangkan SD Nusa Bangsa, ”Mari Menanam Seribu Pohon”.

Bacaan 2
Hemat Air

”Kak, ayo main air!” ajak Raka, adikku. Aku lihat dari jauh Raka sedang memainkan selang air. Air itu disiram-siramkan di badannya. Kemudian, air juga disemprot-semprotkan pada tanaman. Badannya sudah basah kuyup. Air sudah mengalir ke mana-mana. Air membuat becek halaman rumah. Aku tidak bisa membiarkan kelakuan Raka. Maka, aku hampiri Raka.
”Raka! Hentikan!” teriakku kepada Raka, sambil tanganku mematikan keran air. Seketika Raka menghentikan tingkahnya.

bacaan 3 tema 8
Gambar bermain air PAM
”Kak Ines! Mengapa dimatikan? Aku kan sedang main air. Kakak ganggu saja,” kata Raka memprotesku.

”Lihat, Raka! Air dari slang air ini mengalir ke mana-mana. Halaman rumah tergenang air. Becek, Ka,” kataku kepada Raka.

”Kan, asyik, Kak,” jawab Raka, ”ayo, Kak! Kita main air bersama….”

”Kamu memang bandel. Kakak nggak mau. Sekarang mandilah di kamar mandi. Bilas badanmu….”

Mula-mula Raka tidak mau menuruti kata-kataku. Ia tetap masih ingin main air. Bahkan, ia mulai merengek memintaku untuk menghidupkan keran air. Aku tetap menolak keinginan Raka. Kami pun bertengkar. Raka bersikeras untuk tetap bermain air. Aku pun bersikeras melarang Raka bermain air. Karena bertengkar, aku tidak menyadari ayah menghampiri kami.

”Ines, Raka! Ayo, berhenti bertengkar!” tegur ayah. Seketika kami pun berhenti bertengkar.

”Raka, letakkan slang itu! Segeralah bilas badanmu di kamar mandi!” suruh ayah kepada Raka. Tanpa sepatah kata pun Raka meletakkan slang dan berjalan ke kamar mandi.

”Ines, ayo, bantu ayah membersihkan genangan air ini,” kata ayah.

”Ya, Yah,” jawabku, lalu membantu ayah membersihkan genangan air.

Setelah selesai membantu ayah, aku pun mandi. Ayah berpesan, setelah  selesai mandi, aku dan Raka ditunggu ayah di teras belakang rumah. Aku pun mengiyakan perintah ayah.

Beberapa saat setelah mandi, aku mengajak Raka ke teras rumah. Ternyata di situ ayah dan ibu sudah menunggu kami. Mereka duduk di kursi teras. Aku lihat di atas meja ada teko dan empat buah cangkir. Ada juga sepiring pisang goreng.

”Duduklah Ines, Raka,” perintah ibu kepada kami. Kami pun duduk di antara ayah dan ibu.

”Raka, minum wedang jahe dulu. Badanmu pasti dingin karena main air,” kata ibu kepada Raka.

”Ya, Bu,” jawab Raka sambil menuang wedang jahe dalam cangkir. Ayah, ibu, dan aku juga menuang wedang jahe ke cangkir kami masing-masing. Sambil menikmati wedang jahe dan pisang goreng, kami pun berbincang-bincang.

”Raka, perbuatanmu main air tadi tidak baik. Kamu sudah menghamburhamburkan air. Kamu kan
tahu kalau air di rumah kita adalah air dari PAM. Setiap bulan kita membayar air yang kita gunakan. Uang yang kita bayarkan kepada PDAM sesuai banyaknya air yang kita gunakan. Maka dari itu, kita
harus hemat air,” terang ayah.

”Bagaimana caranya, Yah?” tanyaku.

”Ada banyak cara dapat kita lakukan,” jawab ayahku.

”Apa saja itu, Yah?’

”Sebetulnya, kita sudah melakukan hemat air tanpa kalian sadari. Setiap  hari kalian mandi dengan shower tidak dengan gayung. Dengan gayung kita dapat menghabiskan air sekitar 15 liter. Kalau menggunakan shower, kita dapat hemat 60%. Selain itu, keran yang ada di rumah ini adalah digunakan untuk mengalirkan air secara hemat. Nah, kalau kalian selesai mengalirkan air dengan keran, segeralah matikan. Tindakan yang kamu lakukan tadi, Raka, itu sangat tidak hemat air bahkan menghambur-hamburkan air,” jelas ayah.

”Di rumah ini yang paling hemat air adalah ibu,” kata ayah.

”Mengapa ibu, Yah?” tanyaku kepada ayah.

”Coba, Bu, jelaskan kepada Ines dan Raka, mengapa ibu hemat air.”


”Setiap hari ibu menampung air. Dengan air tampungan itu ibu mencuci peralatan makan dan pakaian. Setelah digunakan untuk mencuci, airnya ibu gunakan untuk menyiram tanaman dan membersihkan kloset. Nah, Ines, air yang kamu pakai untuk menyiram tanaman itu sebetulnya air bekas mencuci beras dan sayuran.”

”Benar, Bu? Wah, aku baru tahu. Aku pikir air itu memang sengaja ditampung dari keran air,” kataku mengomentari keterangan ibu.


”Betul, Nes.”
penggunaan air
Gambar Ibu Mencuci Piring

”Masih ada lagi kah, Ayah,  penghematan air di rumah ini?” tanya Raka.

”Kalau ibu menyuruh kalian untuk menggunakan peralatan makan yang belum terlalu kotor,

itu bukan berarti jorok. Itu juga  salah satu cara untuk menghemat air. Peralatan itu tidak harus dicuci berkalikali. Jadi, kita dapat menghemat penggunaan air.”

”Cara lain menghemat air adalah menggunakan sedikit deterjen untuk mencuci baju sehingga tidak harus berkali-kali membilasnya. Menyiram tanaman hanya pada pagi hari juga dalam rangka menghemat air.”

”Nah, itu cara-cara menghemat air yang sudah kita lakukan di rumah ini,” kata ayah.

”Yah, apakah resapan yang ayah buat di halaman itu juga dalam rangka menghemat air?” tanyaku.

”Betul, Nes. Itu namanya biopori. Fungsinya untuk menghemat air.”

Senang sekali rasanya aku sore ini. Gara-gara Raka main air, aku jadi tahu  cara menghemat air. Dalam hati aku berjanji untuk selalu menghemat air.


Bacaan 3
Ibuku Seorang Perawat


Hari ini Bu Lina memberi tugas kepada kami. Secara berkelompok kami disuruh membuat laporan tentang profesi atau pekerjaan seseorang. Kami boleh memilih profesi apa pun sebagai bahan laporan.


Setelah mendapat tugas itu aku, Oki, Hendra, dan Tita membuat rencana.

”Kita pilih profesi apa, teman-teman untuk membuat laporan?” tanyaku  kepada teman-teman. 

”Biar gampang kita wawancarai saja orang tua kita. Profesi orang tua kita  beda-beda kan?” jawab Oki memberi usul.


Kami pun lalu mengutarakan profesi orang tua masing-masing. Ayah dan  ibu Oki bekerja sebagai guru. Ayah Hendra pemilik toko bangunan, sedangkan ibunya tidak bekerja. Ibu Hendra adalah ibu rumah tangga. Sementara itu, ayah Tita bekerja sebagai akuntan di salah satu perusahaan swasta di kota kami. Ibu Tita bekerja sebagai sekretaris di kantor notaris. Sementara itu, ayahku bekerja sebagai pegawai negeri di kantor Pemda. Ibuku bekerja sebagai perawat di rumah sakit daerah di kotaku.

”Nah, sebaiknya kita wawancarai ibumu saja, Lis,” usul Oki.

”Mengapa ibuku?” tanyaku kepada Oki.

”Dari semua pekerjaan orang tua kita, profesi ibumu paling menarik. Bukan  begitu, teman-teman?”

”Ya, betul. Aku setuju dengan pendapat Oki,” kata Hendra, ”kita wawancari  ibumu saja, Lisa,” lanjutnya.

”Aku juga setuju!” kali ini Tita yang berbicara.

Dikeroyok tiga temanku, aku tidak dapat mengelak. Dalam hati, aku heran  sebetulnya atas keinginan teman-teman ingin mewawancarai ibuku. Aku merasa pekerjaan ibuku biasa-biasa saja. Malahan, kami, anak-anaknya sering dibuat repot karena pekerjaan ibu. Bayangkan saja, jam kerja ibuku tidak sama dengan pekerja lainnya. Ibuku sering bekerja malam hari. Ibu berangkat malam hari dan pulang pagi hari. Saat aku mau berangkat ke sekolah ayahkulah yang mengurusi keperluanku dan kakakku. Kalau sudah seperti itu aku jadi merasa kasihan dengan ayahku.

Kalau ibuku masuk siang sampai malam hari, ayah jugalah yang mengurusi keperluanku dan kakakku. Kadang-kadang ayahku tidak menghadiri undangan  karena harus membimbing kami belajar. Ah, pokoknya aku merasa repot

karena profesi ibuku sebagai perawat yang harus bekerja malam hari juga. Namun demikian, aku kadang juga merasa kasihan kalau ibu harus bekerja malam hari. Pastilah ibu tidak tidur semalaman karena tanggung jawabnya terhadap pasien.

Sesuai kesepakatan kami, sore ini aku dan teman-temanku akan mewawancarai ibuku. Hari ini kebetulan ibuku dinas pagi. Pukul 14.00 ibuku sudah pulang.

Sekitar pukul 16.00 teman-temanku sudah berkumpul di rumahku. Kami duduk di ruang tamu. Ibuku telah menyediakan hidangan buat kami. Sepulang dari kantor tadi ibu membuat makanan kecil untuk kami. Kali ini aku angkat jempol untuk ibuku.

”Nah, anak-anak, yang kalian ingin tahu dari pekerjaan ibu?” demikian kata ibu mengawali perbincangan kami.

”Sebetulnya, siapa yang disebut perawat itu, Bu?” tanya Hendra kepada ibu.

”Perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan  melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimiliki melalui pendidikan keperawatan.”

”Apa tugas perawat, Bu?” tanya Tita.

”Dalam pekerjaan sehari-harinya perawat merupakan fungsi kerja di  bidang kesehatan yang bertugas memberikan pelayanan keperawatan dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit,  dan pelayanan bagi penderita yang sakit. Ada sepuluh tugas pokok perawat.Semua tugas tersebut untuk kepentingan merawat pasien.
 ibuku seorang perawat
Gambar ibuku seorang perawat

Nah, ini yang penting. Dalam menjalankan tugas, seorang perawat dibantu oleh asisten perawat. Tugasnya menjaga pasien, misalnya menjaga kebersihan pasien, memandikan pasien dan membersihkan ruang pasien. Asisten perawat juga merawat pasien, memberi obat kepada pasien, menjaga kesehatan pasien, dan memberikan motivasi serta perhatian kepada pasien.”


”Bagaimana perawat atau asisten perawat mengetahui keinginan atau kebutuhan pasiennya, Bu?” kali ini aku yang bertanya kepada ibuku.

”Kami harus dapat menjalin komunikasi dengan pasien, baik pasien itu anak-anak, remaja, ataupun orang tua. Kami harus dapat memahami ’bahasa’ mereka.”

”Berarti setiap saat harus siap menghadapi keadaan pasien ya, Bu?” Oki bertanya.

”Tentu. Maka dari itu, kami harus berjaga-jaga 24 jam penuh. Kami harus selalu mengetahui kondisi setiap pasien yang menjadi tanggung jawab kami. Kami tidak ingin kecolongan, karena apabila kami lengah, ada pasien yang tidak tertangani. Terutama pada malam hari, kami harus benar-benar berjaga.

Kadang-kadang ada pasien yang membutuhkan pertolongan pada tengah malam. Sering juga pasien datang pada tengah malam. Nah, makanya kami harus selalu siap,” jelas ibuku.

Masih banyak lagi pertanyaan yang kami lontarkan kepada ibuku. Semua jawaban ibu ternyata menyadarkan aku betapa mulia pekerjaan ibuku. Aku jadi malu selama ini aku sering mengeluh karena ibuku sering tidak ada saat kami membutuhkannya. Aku jadi malu. Ternyata ibuku melakukan tugas mulia merawat pasien di rumah sakit.

”Ibu, aku bangga kepadamu,” ucapku dalam hati.

”Lisa, aku kagum dengan ibumu. Ternyata ibumu benar-benar berjasa  bagi orang lain. Kamu tentu juga bangga kepada ibumu,” kata Tita semakin menguatkan aku untuk menghargai dan menaruh hormat terhadap pekerjaan  ibuku.



Bacaan 4

Mengikuti Perhelatan Perkawinan Adat Betawi


Pada liburan kenaikan kelas lalu Fika dan Fito berkunjung ke rumah pamannya di Jakarta. Baru kali ini mereka berkunjung ke rumah pamannya. Fika dan Fito sangat mengagumi kota Jakarta. Di sana ini gedung tinggi menjulang. Banyak jalan layang dan jalan tol. Pusat-pusat perbelanjaan ada di mana-mana.

Di Jakarta Paman Iwan tinggal di kompleks perumahan. Namanya Griya Kencana. Di Perumahan Griya Kencana tinggal warga dari berbagai daerah, termasuk Paman Iwan. Mereka yang datang ke Jakarta disebut urban. Yang dimaksud urban adalah orang-orang yang berpindah dari satu tempat atau
daerah lain. Orang-orang tersebut datang dengan berbagai tujuan dan harapan datang ke wilayah Provinsi DKI Jakarta. Orang-orang urban ini akhirnya menjadi penduduk Jakarta. Orang-orang urban tersebut dapat dilihat dari keberagaman penduduk Provinsi DKI Jakarta.

Sebetulnya, penduduk asli DKI Jakarta adalah suku bangsa Betawi. Suku Betawi sendiri terbentuk dari berbagai suku lain sejak Jakarta masih sebagai pelabuhan bernama Sunda Kelapa. Ketika Sunda Kelapa diduduki Belanda namanya berubah menjadi Batavia. Dalam dialek setempat Batavia menjadi
Betawi. Percampuran orang-orang Melayu, Sunda, Jawa, Bugis, Makassar, Bali, Ambon, dan ras lain, seperti Arab, Cina, Portugis telah membentuk kesatuan hidup setempat yang secara tradisional menyebut dirinya Betawi.

Di kompleks tempat tinggal Paman Iwan ada juga orang Betawi asli. Keluarga Pak Sobari dan Pak Syafei itulah warga asli Betawi. Di kompleks perumahan itu walaupun asli penduduk Betawi, mereka berbaur dengan para pendatang. Bahkan, mereka jadi penduduk biasa. Justru yang menjadi pimpinan adalah Paman Iwan yang bersuku bangsa Jawa. Paman Iwan menjadi ketua RW di kompleks perumahan tersebut.

Hari ini saat Fika dan Fito berada di rumah paman, ada perhelatan di rumah  Pak Sobari. Beliau menikahkan putrinya. Maudy, putri Pak Sobari, menikah  dengan salah satu putra warga Perumahan Griya Kencana. Alfian nama calon menantu Pak Sobari. Ia adalah putra Pak Salim yang berasal dari Palembang. 

Upacara pernikahan digelar dengan adat Betawi. Semua warga Perumahan Griya Kencana sudah berkumpul di rumah Pak Sobari. Mereka datang di perhelatan itu salah satu tujuannya adalah mengikuti upacara perkawinan adat Betawi. Sebelum acara ini sudah dijalankan beberapa upacara adat yang merupakan rangkaian upacara pernikahan. Semuanya dilakukan dengan adat  Betawi.

Pada jam yang sudah ditentukan rombongan pengantin laki-laki tiba di rumah Pak Sobari. Walaupun keluarga pengantin laki-laki berasal dari Palembang, mereka mengenakan pakaian adat Betawi. Rombongan pengantin laki-laki ini berjalan berarak-arakan dengan diiringi rebana dan ketimpring.
Para kerabat dan keluarga ikut dalam iring-iringan itu. Mereka membawa sejumlah seserahan mulai dari roti buaya yang melambangkan kesetiaan abadi, sayur-mayur, uang, jajanan khas Betawi, dan pakaian.

Penyambutan rombongan pengantin laki-laki didahului dengan upacara adu silat. Adu silat merupakan salah satu adegan yang selalu muncul pada palang pintu perkawinan. Palang pintu perkawinan adalah salah satu prosesi yang harus dilalui oleh kedua mempelai menjelang pernikahannya. 

Tradisi palang pintu ini merupakan pelengkap saat pengantin laki-laki yang disebut ”tuan raja mude” akan masuk ke rumah pengantin perempuan atau ”tuan putri”. Upacara ini diawali dengan saling bertukar salam. Lama-lamasituasi memanas karena pihak pengantin perempuan menguji kesaktian dan kepandaian pengantin laki-laki dalam berilmu silat dan mengaji. Kemudian,  terjadi baku hantam dan pihak laki-lakilah yang menang. Usai pertarungan ini,  pengantin laki-laki diminta memamerkan kebolehannya membaca Alquran.

”Paman, pakaian pengantinnya bagus ya?” kata Fika, ”apa namanya,  Paman?”

Maudy dan Alfian, sepasang pengantin itu, mengenakan pakaian adat  Betawi. Alfian mengenakan pakaian seperti dandanan haji dan mengenakan tutup kepala yang disebut alpia atau alpie. Di pinggir alpia diberi untaian  bunga melati yang ujung bawahnya ditutup bunga cempaka dan ujung atasnya 
diberi sekuntum bunga mawar merah. Jubah yang dikenakan pengantin laki-laki biasanya terbuka dan dihiasi dengan emas, manik-manik bermotif burung hong, bunga-bungaan, kubah masjid, dan sebagainya. Pengantin laki-laki juga mengenakan baju gamis sebelum mengenakan jubah. Sebagai pelengkap, pengantin laki-laki mengenakan selempang berhiaskan mute sebagai tanda kebesaran.

Pengantin perempuan mengenakan tuaki yaitu baju bagian atas. Biasanya model shanghai (Cina) dan model baju kurung (Melayu). Padanan Tuaki adalah kun, yaitu model rok melebar sampai mata kaki. Pakaian ini dilengkapi dengan penutup dada bermotif bunga teratai. Rambut pengantin perempuan
dicepol dan diberi hiasan tusuk konde. Hiasan yang dikenakan di kepala adalah siangko bercadar. Di atasnya diletakkan sigar atau mahkota dengan motif bunga-bungaan yang dipenuhi permata.
Gambar Pakaian adat Betawi
Gambar Pakaian adat Betawi

Perhelatan yang di rumah Pak Sobari digelar dengan meriah. Hiburan yang ditampilkan adalah tarian khas Betawi dan musik gambang kromong. Makanan yang disajikan pun bermacam-macam. Di antaranya adalah makanan khas Betawi. Ada nasi kebuli dan nasi uduk. Ada juga kerak telor dan es doger.

Para tamu sangat menikmati perhelatan tersebut. Para tamu yang berasal dari berbagai suku menikmati semua acara tradisional yang ditampilkan. Mereka juga menikmati kesenian daerah yang digelar. Bahkan, makanan khas nasi kebuli menjadi favorit para tamu untuk dinikmati. Fika, Fito, Paman Iwan dan keluarganya juga menikmati perhelatan tersebut, peristiwa ini menjadi pengalaman berharga bagi Fika dan Fito.

Ternyata di tengah hiruk pikuk Kota Jakarta yang beragam, masih ada tradisi yang dipertahankan. Di tengah segala perbedaan ada persatuan. Di antara berbagai suku bangsa yang tinggal berdampingan ada keharmonisan dan kebersamaan. Alangkah indahnya kebersamaan dan persatuan. Alangkah indahnya keharmonisan yang di antara perbedaan.

Bagaimana adik-adik setelah membaca bacaan di atas? Mudah-mudahan pengalaman adik-adik semakin bertambah. sampai jumpa dengan artikel saya selanjutnya. Salam literasi. Bagi anda orangtua, peserta didik kelas 5 dapat juga mengunduh buku pegangan siswa kelas 5 SD Tema 8 disini

Sumber: Buku pegangan siswa kelas 5 SD Tema 8 Revisi 2017.

2 comments:

Dwi Ati said...

Maaf pak, ada literasi tema 9 ngk pak 😊

RINTO KUSMIRAN said...

belum ada mbak