Tuesday, 22 June 2021

STRATEGI PEMBELAJARAN || MATERI PPPK GURU TAHUN 2021

Rintokusmiran.com | Strategi Pembelajaran || Materi PPPK Guru Tahun 2021- Sebagai peserta PPPK guru tahun 2021 anda perlu memiliki referensi berkaitan dengan kemampuan pedagogik. Diantara kemampuan pedagogik yang perlu bapak ibu calon peserta seleksi PPPK tahun 2021 adalah berkaitan dengan Strategi Pembelajaran.

Berikut ini adalah beberapa Strategi Pembelajaran :

1. Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah merupakan prosedur, cara dan teknik untuk memperoleh pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya.

100 SOAL TRYOUT PPPK BERSAMA WWW. RINTOKUSMIRAN.COM BAGIAN 2

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik salah satu tujuannya adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif  (mengidentifikasi masalah atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan hipotesis (sebagai pandangan jawaban sementara sebelum melakukan analisis), menganalisis data, menarik kesimpulan, dan mengomunikasikan konsep,hukum, atau prinsip yang ditemukan (Hosnan, 2014:34). 

Penerapan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik melalui 5M ini melibatkan kegiatan aktif dari peserta didik itu sendiri, tetapi masih  membutuhkan bantuan pendidik meskipun  semakin dewasanya peserta didik atau semakin tinggi jenjang kelasnya.

Pendekatan saintifik disebut juga sebagai pendekatan ilmiah, proses pembelajaran dapat disamakan dengan suatu proses ilmiah karena alasan itulah kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik dalm pembelajaran, hal ini diyakini (pendekatan saintifik) sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. 

Proses pembalajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan metode ilmiah (saintifik) langkah-langkah pendekatan ilmiah dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data dan informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan dan mencipta (tingkat tertinggi setelah 5M). Namun harus  tetap diperhatikan proses pembelajaran tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari sifat-sifat non ilmiah.

Proses pembelajaran saintifik dengan indikator 5M serta deskripsi kegiatanya menurut Permendikbud No. 103 tahun 2014 dapat dilihat pada Tabel di bawah ini

Fase kegiatan pembelajaran dan deskripsi saintifik 5M

Fase kegiatan pembelajaran dan deskripsi saintifik 5M
Fase kegiatan pembelajaran dan deskripsi saintifik 5M


Adapun secara umum karakter pembelajaran saintifik menurut Hosnan (2014:36) adalah sebagai berikut:

a. berpusat pada siswa,

b. melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum  atau prinsip,

c. melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya ketrampilan tingkat tinggi peserta didik, dapat mengembangkan karakter peserta didik.

2. Problem-Based Learning

a. Pengertian

Pembelajaran model Problem-based Learning merupakan salah satu strategi  pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan juga tentang ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dalam mata pelajaran yang mencakup pengumpulan informasi berkaitan dengan pertanyaan,  menyintesa, dan mempresentasikan penemuannya pada orang lain. Siswa terlibat  dalam penyelidikan untuk pemecahan masalah yang mengintegrasikan ketrampilan dan konsep dari berbagai isi materi pelajaran (Depdiknas, 2003).

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti mendefinisikan bahwa Problem-based Learning merupakan model pembelajaran yang menggunakan permasalahan nyata sebagai   fokus  utama   dan   sebagai   sarana   bagi   siswa   untuk   mengembangkan ketrampilan dalam menyelesaikan masalah, berpikir kritis dan kreatif serta membangun pengetahuan baru melalui penyelesaian yang bersifat terbuka (open ended).

b. Karakteristik Pembelajaran

Problem-based Learning memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan  dengan model pembelajaran yang lain. Problem-based Learning berpotensi memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik minat dan menyenangkan bagi siswa.  Karakteristik Problem-based Learning menurut beberapa sumber meliputi:

  1. Belajar diawali dengan suatu masalah
  2. Masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa atau integrasi  konsep dan masalah dunia nyata
  3. Keterkaitan masalah dengan berbagai disiplin ilmu,
  4. Penyelidikan yang dilakukan bersifat autentik,
  5. Menghasilkan dan memamerkan hasil karya,
  6. Adanya kolaborasi antar siswa, maupun siswa dengan guru,
  7. Menggunakan kelompok kecil.

c. Sintaks Pembelajaran

Penerapan model Problem-based Learning terdiri atas lima langkah utama yang  pada dasarnya dimulai dengan guru memperkenalkan kepada siswa situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kegiatan pembelajaran Problem-based Learning diawali dengan aktivitas siswa untuk menyelesaikan  masalah  nyata  ditentukan  atau  disepakati.  Proses  penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya ketrampilan siswa dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membentuk pengetahuan baru.  Tahapan-tahapan atau  sintaks  dalam  pembelajaran Problem-based  Learning menurut Magued Iskander (dalam Fathurrohman, 2015:116) pada tabel berikut ini :


Tahapan-tahapan pembelajaran Problem-based Learning yang dilaksanakan secara sistematis berpotensi dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah dan sekaligus dapat menguasai pengetahuan yang sesuai dengan kompetensi dasar tertentu.

d. Kelebihan dan Kelemahan

 Menurut  Kurniasih  &  Sani (2015: 49) keunggulan model Problem-based  Learning, yaitu:

  1. mengembangkan pemikiran kritis dan ketrampilan kreatif siswa
  2. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah para siswa dengan sendirinya,
  3. meningkatkan motivasi siswa dalam belajar,
  4. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi yang serba baru,
  5. mendorong siswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri,
  6. mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah siswa lakukan, 
  7. terjadi pembelajaran yang bermakna,
  8. siswa  mengintegrasikan  pengetahuan  dan  ketrampilan  secara  simultan  dan  mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan,
  9. meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam  bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok,
  10. mengembangkan  minat  siswa  untuk  secara  terus  menerus  belajar  sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

 Kelemahan Problem-based Learning meliputi:

  1. siswa  yang  tidak  memiliki  minat  atau  tidak  mempunyai  kepercayaan  bahwa  masalah  yang dipelajari  dapat  dipecahkan,  maka  mereka  akan  enggan  untuk mencoba,
  2. waktu pelaksanaan yang relatif panjang
  3. tanpa  adanya   pemahaman  mengapa  mereka  berusaha   untuk  memecahkan  masalah  yang  sedang  dipelajari,  maka  mereka  tidak  akan  belajar  apa  yang mereka ingin pelajari (pencapaian isi pembelajaran yang rendah)
Untuk mengatasi kelemahan  pembelajaran berbasis masalah, guru hendaknya membuat persiapan yang matang sebelum menerapkannya dan memberikan penjelasan yang detail agar siswa memahami permasalahan yang dihadapi dengan baik  dan mampu  menumbuhkan motivasi  pada  diri  siswa agar  mereka  memiliki kepercayaan diri untuk berhasil.

e. Manfaat Pembelajaran

Smith  (dalam  Taufiqur, 2009) mengungkapkan manfaat dari pembelajaran  Problem-based Learning yaitu:
  1. siswa menjadi lebih ingat dan meningkatkan
  2. pemahaman  atas materi  belajar, 
  3. meningkatkan fokus pada pengetahuan yang relevan, 
  4. mendorong siswa untuk berpikir, 
  5. membangun kerja tim, kepemimpinan,  dan  ketrampilan (soft  skills)  sosial,  membangun  kecakapan belajar, 
  6. memotivasi siswa belajar.
Dengan  banyaknya  manfaat  dalam  pembelajaran  Problem-based  Learning yang dapat mempengaruhi kualitas kinerja siswa, kemampuan siswa dalam upaya meningkatkan prestasinya. Sehingga pada akhirnya, pembelajaran Problem-based Learning dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan kreativitas dari siswa.

3. Discovery Learning

a. Definisi/ Konsep

Metode Discovery Learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai proses  pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk  finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the learning that takes place when the student is not presented with subject matter in the final form, but rather is required to organize it him self” (Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Dasar ide Bruner ialah pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam belajar di kelas.

Metode Discovery Learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan inferi. Proses tersebut disebut cognitive process sedangkan discovery itu sendiri adalah the mental process of assimilatig conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219). 

Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan Problem Solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam masalah yang direkayasa oleh guru, sedangkan pada inkuiri masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga siswa harus mengerahkan seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam masalah itu melalui proses penelitian. 

Problem Solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan masalah. Akan tetapi prinsip belajar yang nampak jelas dalam Discovery Learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi siswa sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorgansasi atau membentuk (konstruktif ) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. 

Dengan mengaplikasikan metode Discovery Learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode Discovery Learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. 

Mengubah pembelajaran yang teacher oriented ke student oriented. Mengubah modus Ekspositori siswa hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus Discovery siswa menemukan informasi sendiri.
 
Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan (Sardiman, 2005:145). Kondisi seperti ini ingin merubah kegiatan belajar mengajar yang teacher oriented menjadi student oriented. 

Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam metode Discovery Learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya untuk menjadi seorang problem solver, seorang scientist, historian, atau ahli matematika.  Melalui kegiatan tersebut siswa akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. 

b. Sintaks Pembelajaran

 Adapun langkah-langkah pembelajaran discovery learning sebagai berikut.
  1. Stimulation (memberikan rangsangan) Proses kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama ini yaitu, guru memberikan  rangsangan kepada siswa melalui penyajian masalah-masalah kontekstual dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
  2. Problem Statement (pernyataan/Identifikasi Masalah) Langkah selanjutnya yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk  melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang telah disajikan sebanyak  mungkin hingga menentukan pemecahan masalahnya.
  3. Data Collection (Pengumpulan Data) Ketika proses eksplorasi berlangsung, guru memberikan kesempatan kepada  peserta didik untuk melakukan proses pengumpulan informasi sebanyakbanyaknya secara relevan.
  4. Data Processing (Pengolahan Data) Data processing befungsi untuk membuat konsep generalisasi.
  5. Verification (Pembuktian) Siswa melakukan pengkajian ulang secara cermat yang telah ditetapkan dengan  temuan alternatif, dihubungkan dengan hasil data processing.
  6. Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi adalah sebuah tahapan yang dilakukan oleh peserta didik  untuk menarik sebuah kesimpulan yang dujadikan sebagai prinsip umum dan berlaku untuk semua permasalahan yang sama.

c. Kelebihan Penerapan  Discovery Learning

 Berikut ini kelebihan dari penerapan Discovery Learning.
  1. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilanketerampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.
  2. Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.
  3. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
  4. Metode ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan  kecepatannya sendiri.
  5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.
  6. Metode ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
  7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasangagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
  8. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada  kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
  9. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.
  10. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses  belajar  yang baru.
  11. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.
  12. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.
  13. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber  belajar.
  14. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.
d. Kelemahan Penerapan Discovery Learning

 Berikut ini kelemahan dari penerapan Discovery Learning.
  1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. 
  2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.
  3. Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.
  4. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.
  5. Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para siswa
  6. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

4. Project-Based Learning

a. Pengertian

Project Based Learning adalah model pembelajaran inovatif dan lebih menekankan  pada pembelajaran yang konstektual melalui rangkaian kegiatan yang kompleks. Model pembelajaran ini memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna bagi siswa. 

Project Based Learning atau model pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran yang menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media. Guru menugaskan siswa untuk melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sistesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. 

Model pembelajaran ini menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata (Hosnan, 2014:319).  Aiedah & Audrey (2012:38) menyatakan bahwa Project Based Learning merupakan penugasan kompleks dengan memberikan pertanyaan berupa tantangan atau permasalahan yang melibatkan siswa untuk mendesain, memecahkan masalah dan melakukan kegiatan penyelidikan. Thomas J.W. Moursund, et al. (dalam Hosnan, 2014:321) menyebutkan bahwa PjBL adalah model pengajaran dan pembelajaran  yang menekankan pembelajaran yang berpusat pada siswa dalam suatu proyek. 

Hal ini memungkinkan siswa untuk bekerja secara mandiri untuk membangun pembelajarannya sendiri dan kemudian akan mencapai puncaknya dalam suatu hasil yang realistis, seperti karya yang dihasilkan siswa sendiri. Project Based Learming dapat didefinisikan: 
  1. fokus pada konsep-konsep utama dari suatu materi;
  2. melibatkan pengalaman belajar yang melibatkan siswa dalam persoalan kompleks, namun realistik yang membuat mereka mengembangkan dan menerapkan ketrampilan dan pengetahuan yang mereka miliki; 
  3. pembelajaran yang menuntut siswa untuk mencari berbagai sumber informasi dalam rangka pemecahan masalah;
  4. pengalaman siswa belajar untuk mengelola dan mengalokasikan sumber daya, seperti waktu dan bahan. 
Guru atau mentor memfasilitasi, tidak membantu secara langsung, siswa mengeksplorasi sistem, mengajukan pertanyaan, melihat masalah dalam sistem itu, menentukan solusi, rencana dan akhirnya menerapkan proyek. Pada pembelajaran proyek ini siswa memilih, merencanakan, menyelidiki, menghasilkan produk dan presentasi. Dalam proses ini siswa diperkenankan untuk bekerja secara mandiri maupun berkelompok dalam membuat produk autentik yang bersumber dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari.

b. Ciri-ciri Pembelajaran

 Menurut Buck Institute for Education (dalam Hosnan, hal 322) , belajar berbasis 
proyek memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
  1. siswa berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang tidak  memiliki jawaban yang pasti,
  2. siswa ikut merancang proses yang akan dilakukan untuk menemukan solusi,
  3. siswa didorong untuk berpikir kritis, memecahkan masalah, berkolaborasi, serta  mencoba berbagai macam bentuk komunikasi,
  4. siswa beertanggung jawab mengelola sendiri informasi yang telah dikumpulkan,
  5. evaluasi dilakukan secara terus menerus selama proyek berlangsung,
  6. produk akhir dari proyek dipresentasikan didepan umum,
  7. didalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan dan n perubahan, serta mendorong bermunculnya umpan balik serta revisi,
c. Kelebihan dan Kekurangan

Menurut Moursund (Made Wena, 2011: 147) model pembelajaran proyek  mempunyai kelebihan sebagai berikut:
  1. increased motivation. Meningkatkan motivasi belajar siswa untuk belajar,  mendorong kemampuan mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai,
  2. increased problem-solving ability. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
  3. improved library research skills. Membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil  memecahkan problem-problem yang kompleks,
  4. increased collaboration. Meningkatkan kolaborasi,
  5. increased resource-management skills. Mendorong siswa untuk mengembangkan  dan mempraktikkan ketrampian komunikasi,
Kelebihan lain dari Project Based Learning adalah dapat mengembangkan  keprofesionalan guru dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Guo & Yang dalam Kusumawati, 2015).

Sedangkan dalam materi pelatihan guru implementasi Kurikulum 2013 Matematika SMP/MTS (2013: 218) disebutkan bahwa project Based Learning mempunyai kekurangan:
  1. memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah,
  2. membutuhkan biaya yang cukup banyak,
  3. banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, dimana  instruktur memegang peran utama dikelas,
  4. banyaknya peralatan yang harus disediakan,
  5. Siswa yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi  akan mengalami kesulitan.
  6. ada kemungkinan siswa kurang aktif dalam kerja kelompok,
  7. ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda,  dikhawatirkan siswa tidak bisa memahami topik secara keseluruhan,
Kelemahan dari pembelajaran Project Based Learning ini bisa diatasi dengan  cara memberi fasilitas pada siswa dalam menghadapi masalah, misalnya dalam penelitian ini dengan cara membatasi waktu siswa dalam menyelesaikan tugas proyek, menyediakan alat sederhana yang ada di sekitar, dengan memilih penelitian yang mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, agar guru dan siswa merasa nyaman dalam proses pembelajaran perlu diciptakan susana pembelajaran yang menyenangkan.

d. Langkah-langkah Pembelajaran Secara Umum dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Penentuan proyek
2. Membuat desain  proyek
3. Menyusun penjadwalan
4. Monitoring kemajuan proyek
5. Penyusunan laporan dan  presentasi
6. Evaluasi proses dan hasil proyek 

Langkah-langkah Pembelajaran Project Based Learning Langkah-langkah dalam pembelajaran menggunakan model Project Based Learning sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Education Foundation (dalam Kusumawati, 2015) adalah sebagai berikut :
a. Start With Essential Question (Penentuan Pertanyaan Mendasar)
b. Design a Plan for the Project (Menyusun Perencanaan Proyek)
c. Create A Schedul (Menyusun Jadwal)
d. Monitor the Students and The Progress of the Project (Monitoring)
e. Asses the Outcome (Menguji Hasil)
f. Evaluate the Experience (Evaluasi Pengalaman)

5. Cooperative Learning

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Belajar kooperatif adalah kegiatan yang berlangsung dalam lingkungan belajar  sehingga siswa dalam kelompok kecil saling berbagi ide-ide dan bekerja sama untuk menyelesaikan tugas akademik (Davidson & Kroll, 1991:262). 

Selain dapat digunakan untuk siswa yang bersifat heterogen, Johnson & Johnson (1994:44) menyatakan bahwa belajar kooperatif dapat juga digunakan pada setiap jenjang pendidikan mulai taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, dalam semua bidang materi dan sebarang tugas. Juga, Slavin (1995:4) menyatakan bahwa belajar kooperatif telah digunakan secara intensif dalam setiap subjek pendidikan, pada semua jenjang pendidikan dan pada semua jenis persekolahan di berbagai belahan dunia. 

Dalam bidang matematika, belajar kooperatif dapat digunakan dalam praktik keterampilan, belajar penemuan, investigasi, pengumpulan data laboratorium, diskusi mengenai suatu konsep, dan pemecahan masalah (Davidson & Kroll 1991:362).

Menurut Johnson & Johnson (1994:22-23), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu seperti berikut ini.
1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antarsiswa.
2. Interaksi antarsiswa yang semakin meningkat.
3. Tanggung jawab individual.
4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.
5. Proses kelompok.
 Konsep utama dari belajar kooperatif menurut Slavin (1995:5) adalah sebagai berikut.
1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria 
yang ditentukan.
2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok tergantung 
pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung jawab ini terfokus
dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan setiap anggota
kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan yang lain.
3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah membantu
kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Hal ini memastikan
bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah sama-sama tertantang
untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua anggota kelompok
sangat bernilai.

b. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Belajar kooperatif mempunyai beberapa kelebihan. Kelebihan belajar kooperatif  menurut Hill & Hill (1993:1-6) adalah (1) meningkatkan prestasi siswa, (2) memperdalam pemahaman siswa, (3) menyenangkan siswa, (4) mengembangkan sikap kepemimpinan, (5) mengembangkan sikap positif siswa, (6) mengembangkan sikap menghargai diri sendiri, (7) membuat belajar secara inklusif, (8) mengembangkan rasa saling memiliki, dan (9) mengembangkan keterampilan untuk masa depan.

Selain mempunyai kelebihan, belajar kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Dees (1991:411) beberapa kelemahan belajar kooperatif adalah (1) membutuhkan waktu yang lama bagi siswa, sehingga sulit mencapai target kurikulum, (2) membutuhkan waktu yang lama untuk guru sehingga kebanyakan guru tidak mau menggunakan strategi belajar kooperatif, (3) membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan atau menggunakan strategi belajar kooperatif, dan (4) menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama 

Meskipun belajar kooperatif memiliki kelemahan-kelemahan, namun masih dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang relatif lebih lama dapat diatasi dengan cara menyediakan lembar kerja siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien, kelompok dibentuk sebelum kegiatan pembelajaran, dan penggunaan waktu diatur secara ketat untuk setiap kegiatan pembelajaran.

c. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif

Belajar kooperatif dapat berbeda dalam banyak cara, tetapi dapat dikategorikan sesuai dengan sifat : (1) tujuan kelompok, (2) tanggung jawab individual, (3) kesempatan yang sama untuk sukses, (4) kompetisi kelompok, (5) spesialisasi tugas, dan (6) adaptasi untuk kebutuhan individu (Slavin, 1995:12-13). Terdapat berbagai model belajar kooperatif di antaranya adalah STAD, Jigsaw, Investigasi kelompok, TGT (Teams Games Tournaments), TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction), LT (Learning Together), TPS (Think-Pair-Share). (Eggen & Kauchak, 1996:277).

d. Perencanaan Pembelajaran Kooperatif

Perencanaan untuk melakukan pembelajaran kooperatif melibatkan lima  tahapan, yaitu: (1) menentukan tujuan, (2) merencanakan pengumpulan informasi, (3) membentuk kelompok, (4) mendesain aktivitas kelompok, dan (5) merencanakan
aktivitas kelompok secara keseluruhan

No comments: